1. Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku
lisan. Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan
sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasaran dan mengikuti kaidah
yang ditetapkan. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memiliki beberapa
konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu. Misalnya, pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar
menjadi prioritas utama.
Ciri – ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :
1.
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan
penerapan pola kalimat yang baku.
Contoh :” Kami sedang menyaksikan pertandingan itu.”, bukan
“Pertandingan itu kami sedang saksikan.”
2. Penggunaan kata-kata baku.
Contoh : “Seru sekali” dan bukan “Seru banget”, “Tampan” bukan
“Ganteng”
3.
Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan.
Misalnya: habis, bukan abis ; atap, bukan atep.
5.
Penggunaan kalimat secara efektif.
Bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi
secar efektif : pesan dari pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar
atau pembaca sesuai maksud yang ingin disampaikan.
Masalah
yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain adalah yang
disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur
kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa kita sadari sering digunakan dalam
komunikasi resmi. Hal seperti ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi
tidak sesuai dan tidak baik.
Contoh nyata dalam pertanyaan
sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku:
- Apakah kamu sudah menyelesaikan tugas yang saya
berikan?
- Apa yang kamu lakukan saat liburan kemarin?
Contoh ketika dalam dialog
seorang dosen dengan mahasiswa
Dosen : Rio, Apakah kamu
sudah menyelesaikan tugas yang saya berikan kemarin?
Rio
: Sudah Pak, nanti akan saya kirim melalui email.
Kata-kata diatas adalah kata
yang sesuai untuk digunakan dalam lingkungan sosial.
Contoh lain
dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan
kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar -
menawar dengan tukang sayur atau tukang ojek kita memakai bahasa baku.
(1) Berapakah
Ibu mau menjual kentang ini?
(2) Apakah
Bang ojek bersedia mengantar saya ke Stasiun Gambir dan berapa ongkosnya?
Contoh di
atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan
tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu.
Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.
(3) Berapa
nih, Bu, kentangnya?
(4) Ke
Stasiun Gambir, Bang. Berapa?
Bahasa
indonesia yang baik dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami dan
dimengerti, bentuk bahasa baku yang sah dibuat agar secara luas masyarakat
indonesia dapat berkomunikasi menggunakan bahasa nasional.
Referensi :
2. Bahasa Sebagai Alat
Komunikasi
A.
Pengertian Bahasa
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
Menurut
Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang
keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk
mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang
mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah
disepakati bersama.
B. Aspek Bahasa
Bahasa
merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi
ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik
badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu pula. Simbol adalah tanda
yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap
oleh panca indra.
Berarti
bahasa mencakup dua bidang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia,
dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang
atau hal yang diwakilinya,itu.
Arti
yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka.
Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu
rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula.
C. Ciri Bahasa
Ciri-ciri dari bahasa adalah:
a.
Sistematik.
b. Arbiter.
c. Vokal.
d. Bermakna.
e. Komunikatif.
f. Ada di masyarakat.
D. Fungsi Bahasa
Menurut
Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang
paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak
dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih
jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil
menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari. Komunikasi lisan atau
nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa.
Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis
atau bahasa yang lebih standar dan teratur.
Fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi.
- bahasa merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
- Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau
dipahami.
- Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu
agar kita dipahami oleh orang lain.
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi
bahasa secara umum dan secara khusus
A. Fungsi bahasa secara umum
- Sebagai alat untuk berkespresi
Contohnya;
mampu menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.
Sebenarnya ada 2 unsur yang mendorong kita untuk
mengekspresikan diri, yaitu:
(1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
(2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan
emosi.
- Sebagai alat komunikasi
Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan
perasaan kita dan
memungkinkan
kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam
aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys
Keraf, 1997 : 4).
Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Pada
saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki
tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan
gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat
orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran
kita.
Jadi,
dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian
utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada
saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena
itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya,
kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu,
namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
Dengan
kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena bersifat
lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa
kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa
tradisional.
Contohnya
: Kata griya, misalnya lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma.
Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif
karena bersifat lebih umum
Sebagai alat
komunikasi, bahasa merupakan sarana ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
berjalan dengan baik apabila ekspresi diri kita tidak diterima atau tidak
dipahami orang lain atau lawan bicara.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita
memiliki tujuan tertentu, diantaranya:
- Kita
ingin dipahami orang lain
-
Kita ingin agar gagasan atau pemikiran kita dapat diterima oleh orang lain
- Kita
ingin meyakinkan orang lain terhadap pandangan kita
- Kita
ingin orang lain menanggapi hasil pemikiran kita
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi kita
harus mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan baik atau tidak.
Berkomunikasi dengan bahasa dapat berupa lisan maupun tulisan.
Berkomunkasi melalui lisan, yaitu dalam bentuk simbol bunyi dimana setiap
simbol bunyi memiliki ciri khas tersendiri. Bahasa sebagai alat komunikasi juga
tidak hanya dilakukan dengan satu bahasa saja melainkan banyak bahasa
tergantung tempat, situasi dan kondisi.
Contoh bahasa sebagai
alat komunikasi berupa:
Alat-alat itu digunakan
untuk berkomunikasi misalnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, lukisan,
gambar, dan sebagainya.
Contohnya
:
-
Bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam)
-
Adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
-
Suara adzan untuk tanda segera melakukan sholat
-
Telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
-
Simbol rambu-rambu lalu lintas yang berada di jalan
-
Gambar peta yang menunjukkan jalan
-
Melambaikan tangan berarti untuk menyampaikan salam
Sumber :